Ada Mafia China di Paket Wisata Murah Bali?

Ada Mafia China di Paket Wisata Murah Bali?

Wisata Bali memang sudah sangat dikenal bukan hanya di Indonesia tetapi juga diberbagai negara lain. Keindahan Bali serta berbagai hal menarik yang ada disana membuat Bali menjadi salah satu destinasi terfavorit bagi banyak wisatawan dunia.

Meskipun Bali menjadi salah satu wisata terfavorit dunia saat ini, tetapi ada permasalahan yang saat ini tengah disorot oleh banyak pihak. Permasalahan ini adalah tentang dugaan adanya mafia asal China yang mencoba mengambil keuntungan dengan menyediakan jasa paekt wisata murah ke Bali.

Dugaan tentang adanya permainan mafia China yang mencari keuntungan sepihak sudah dicium oleh para tokoh dan pelaku wisata yang ada di Bali.

Ketua Bali Liang (Komite China Asita Daerah Bali), Elsye Deliana Deliana menjelaskan bahwa saat ini memang wisatawan asal China menjadi wisatawan terbesar yang ke Bali, tetapi ternyata dibalik itu – ada praktik yang tidak benar dan bisa merugikan pariwisata Bali secara umum.

Praktik yang dimaksud adalah dengan maraknya penjualan paket wisata murah ke Bali untuk warga negara China.

Bagaimana praktik wisata murah Bali ini merugikan Bali dan masyarakatnya?

Praktik ‘mafia’ China yang bermain di Bali ini sudah terjadi 3 tahun terakhir dan modus yang digunakan adalah dengan memberikan paket murah untuk liburan ke Bali.

Bayangkan, para wisatawan asal China bisa berlibur dan menginap selama 5 hari 4 malam di Bali dan itu juga sudah termasuk makan dan tiket pulang pergi hanya dengan 2 juta rupiah saja. Belakangan, harga ini bahkan turun ke 1.5 juta rupiah saja hingga mencapai 600 ribu rupiah saja!

Tentu sebenarnya hal ini tidak salah, tetapi dengan tarif yang sangat murah tersebut – pihak pelaku pariwisata merasa heran dan akhirnya menemui beberapa keganjalan.

Usut punya usut, ternyata ada banyak pengusaha asal China yang mendirikan toko art shop di Bali. Setiap wisatwan asal China yang ke Bali dengan paket murah tersebut diwajibkan untuk masuk ke toko-toko yang dimiliki oleh pengusaha gelapa asal China tersebut.

Elsye mengungkapkan bahwa transaksi ini hanya menguntungkan pihak luar, “Jadi transaksinya berputar saja, datang ke Bali dari China, belanja ke toko China, kemudian sistem pembayaran masih ala China,” sementara, Bali hanya menerima ampas atas praktik ini.

Pelaku pariwisata di Bali meminta pemerintah untuk lebih tegas mengatasi permasalahan tentang pengusaha ilegal asal China. Praktik serupa juga sebelumnya terjadi di Thailand dan Vietnam – dan pemerintah negara tersebut akhirnya membuat regulasi untuk turis asal China.